Tradisi Rasulan di Gunung Kidul
Masyarakat Gunung Kidul di Provinsi DI Yogyakarta mengenal tradisi rasulan. Kegiatan rasulan atau higienis dusun ini dilakukan oleh para petani sehabis masa panen. Waktu pelaksanaan tergantung janji warga setiap dusun, tetapi biasanya sekitar bulan Juni atau Juli.
Rasulan biasanya berlangsung selama beberapa hari. Rangkaian acara diawali dengan kerja bakti atau membersihkan lingkungan sekitar dusun. Warga bergotong royong memperbaiki jalan, menciptakan atau mengecat pagar pekarangan, serta membersihkan makam. Selanjutnya, tradisi rasulan juga disemarakkan dengan banyak sekali rangkaian acara olahraga dan pertunjukan seni budaya.
Berbagai tradisi dan atraksi seni budaya pada perayaan rasulan di Gunung Kidul ini berhasil menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun luar negeri. Atraksi seni budaya yang disuguhkan ibarat doger, jathilan, wayang kulit, dan reog Ponorogo.
Puncak keramaian program rasulan terjadi dikala diselenggarakannya acara kirab. Kirab ialah semacam karnaval atau arak-arakan mengelilingi desa. Dalam program kirab itu dibawa pula tumpeng dan menu berupa hasil panen ibarat pisang, jagung, padi, sayur-mayur, dan hasil panen lainnya.
Di selesai kirab, warga melaksanakan doa bersama di balai dusun. Mereka berdoa memohon ketenteraman dan keselamatan seluruh warga. Acara lalu dilanjutkan dengan acara perebutan tumpeng yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat dan wisatawan. Tradisi rasulan merupakan aset budaya yang harus dipertahankan.
Tradisi ini melestarikan jiwa kebersamaan dan semangat gotong royong, sehingga keharmonisan masyarakat sanggup terjaga. Selain sebagai sarana untuk memupuk semangat kekeluargaan, tradisi ini juga menjadi salah satu wadah untuk melestarikan kesenian tempat Gunung Kidul.